Pengembangan Digital Talent Perlu Dipercepat Songsong IoT

Dirjen SDPPI Ismail memberikan sambutan saat membuka Capacity Building IoT yang diselenggarakan Ditjen SDPPI, Kemkominfo bersama GSMA di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Jakarta (SDPPI) - Selain menyusun roadmap Internet of Things (IoT) untuk era 5G mendatang, ada elemen lain yang jauh lebih penting untuk dipercepat pengembangannya di Indonesia sekarang ini, yakni digital talent atau keahlian digital.

“Isu IoT ini bukan soal device atau perangkat semata, masih banyak elemen lain yang jauh lebih penting dan lebih besar yang perlu kita percepat pengembangannya, salah satunya adalah masalah digital talent,” kata Direktur Jenderal SDPPI Ismail ketika membuka Capacity Building Internet of Things di Jakarta, Selasa.

Bagaimanapun untuk bisa menyukseskan program Indonesia 4.0 atau Industry 4.0 Indonesia yang sudah dicanangkan Bapak Presiden (Presiden Joko Widodo) dan para menteri terkait, IoT merupakan hal yang sangat penting, yang di dalamnya ada banyak elemen, salah satunya digital talent.

Digital talent, lanjut Ismail, merupakan poin penting untuk membangun ekosistem, yang membangun aplikasi, membangun makers (pengembang). Tanpa aplikasi yang dibangun oleh para makers ini maka IoT hanyalah persoalan device semata-mata dan bisa tidak implemented (tidak sesuai untuk implementasi) situasi di Indonesia.

“Dan situasi di Indonesia sekarang, pada semua sektor, sangat tergantung pada proses transformasi digital. Tranformasi digital ini akan mengubah business process pada semua sektor. Ini semua sektor akan mengalami hal seperti itu,” katanya.

Sektor pertama antara lain, yang sudah sangat dekat, adalah sektor transportasi dan logistik, dimana IoT akan membuat proses bisnis sektor ini menjadi lebih efisien. Juga pada sektor lain, seperti pertanian, keuangan atau perbankan, dan lain-lain.

Semua sektor itu harus melalui transformasi digital karena demand (permintaan) masyarakat akan berkembang sangat cepat. Masyarakat Indonesia sekarang ini sudah sangat tergantung dengan konektivitas dan telah menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari.

Sektor-sektor itu, kata Ismail, harus bertransformasi ke teknologi digital karena jika tidak mereka akan hanya menjadi penonton. Sudah banyak contoh-contoh kasus mengenai hal itu, termasuk bagaimana Gojek telah mengubah budaya bertransportasi di Indonesia, kemudian matinya bisnis mainan anak-anak konvensional di dunia.

Transformasi digital ini harus terus dibangun, yang menurut Ismail utamanya adalah berkaitan dengan mindset. “Teman-teman yang bergerak dalam industri ini harus punya mindset baru, bagaimana transformasi digital ini akan mendorong efisiensi baru, revenue baru, dari model bisnis baru.”

Contoh-contoh lain, jelas Ismail, banyak perusahaan akomodasi besar dunia tapi tidak punya hotel, tidak membangun kamar hotel, Gojek dan Grab tidak punya armada sendiri, yang punya mobil orang lain, dan semua ini dibangun dari konektivitas digital.

“Nah dengan IoT nanti ini akan semakin diperkuat dan diperluas. IoT akan mengkoneksikan tidak hanya orang dengan orang, tapi juga machine to machine atau perangkat dengan perangkat, connect to everything,” tambah Ismail.

Capacity building IoT yang diselenggarakan Ditjen SDPPI bekerja sama dengan GSMA, asosiasi operator seluler dunia, ini mengundang para pembuat kebijakan dari lintas kementerian, di antaranya Kementerian Perindustrian, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) , Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), asosiasi IoT Indonesia, dan satuan-satuan kerja lain di lingkungan Kemkominfo.

Melalui capacity building ini diharapkan para pembuat kebijakan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai IoT yang nantinya bisa menjadi referensi dalam penyusunan kebijakan bidang IoT di Indonesia.

(Sumber/foto: Iwan)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`