Kupas Tuntas Satelit di Workshop on Advances in Satellite Technologies

Direktur Penataaan Sumber Daya Denny Setiawan membuka Workshop on Advances in Satellite Technologies,  Jakarta  25/7/2019.

Jakarta (SDPPI) – Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Global Satellite Coalition (GSC) menyelenggarakan Workshop on Advances in Satellite Technologies pada 25 Juli 2019 di Direktorat Penataan Sumber Daya, Gedung Menara Merdeka Lantai 10, Jakarta.

Workshop dilakukan dalam rangka sharing knowledge, understanding, dan awareness antara pihak industri satelit dan pemerintah terkait inovasi teknologi satelit, aspek teknis, operasional, maupun regulasi satelit.

GSC merupakan forum satelit internasional yang mempersatukan asosiasi satelit dari berbagai region, yang terdiri atas unsur operator penyedia layanan satelit, manufaktur satelit, dan perangkat stasiun bumi, serta perusahaan peluncuran satelit.

Acara Workshop dibuka oleh Direktur Penataaan Sumber Daya Denny Setiawan. Hadir sebagai peserta para stakeholder, yaitu instansi pemerintah, operator satelit, asosiasi, peneliti dan konsultan.

Dalam sambutannya, Direktur Penataan Sumber Daya menyampaikan pentingnya peranan satelit sebagai salah satu infrastruktur telekomunikasi utama di Indonesia, serta kebutuhan layanan satelit broadband di Indonesia yang terus berkembang.

Sementara itu, pembicara workshop merupakan pakar satelit nasional dan internasional diantaranya Hendra Gunawan – Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) yang memaparkan penggunaan satelit broadband di Indonesia, Bashir Patel – GSC Advisor/Inmarsat menyampaikan perkembangan teknologi satelit saat ini, Chris Murphy – Viasat menyampaikan peranan satelit sebagai bagian dari sistem 5G, Oki Baskoro – Intelsat menyampaikan roadmap spektrum frekuensi satelit dari sudut pandang dunia industri, serta Dr. Siok Tan – One Web menyampaikan trend perizinan dan regulasi satelit. Selain itu para narasumber juga mengangkat isu-isu satelit dalam agenda sidang World Radio Communications 2019 (WRC-19) mendatang.

Selanjutnya, Bashir Patel mengatakan bahwa GSC mengindikasikan portofolio layanan satelit di region Asia Pasifik mencakup kebutuhan network service, media service, maupun government service. Adapun jenis aplikasi network service meliputi komunikasi penerbangan, maritim, migas, enterprise, pemulihan bencana, maupun backhaul seluler. Media service diantaranya meliputi aplikasi mobile video, direct to home TV, serta satellite news gathering. Sedangkan aplikasi layanan satelit untuk pemerintahan banyak digunakan untuk komunikasi end-to-end, sistem komunikasi militer, ataupun untuk intelijen dan surveillance yang membutuhkan secured communications.

Sebagai bagian dari ekosistem ICT, infrastruktur satelit memegang peranan penting untuk kebutuhan komunikasi dasar, maupun mendukung teknologi pada infrastruktur telekomunikasi lain. Beberapa critical service malah sangat bergantung pada infrastruktur satelit, seperti misalnya untuk kebutuhan e-learning, e-health, e-government, kebencanaan maupun penanganan kondisi darurat yang tidak dapat diakses oleh infrastruktur telekomunikasi lainnya,” lanjutnya.

Hendra Gunawan, Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) menyampaikan pentingnya peranan satelit sebagai salah satu infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, dimana satelit tidak hanya digunakan untuk komunikasi di remote dan rural area, tetapi juga di daerah perkotaan. Jenis penggunaan layanan satelit di Indonesia meliputi berbagai aspek dalam sistem komunikasi, meliputi distribusi konten media, akses broadband, remote data connectivity dan seluler backhaul, telemetry dan IoT (machine to machine), serta public protection and disaster relief.

Chris Murphy menyatakan bahwa perkembangan teknologi satelit broadband dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS) memiliki peranan yang besar dalam infrastruktur sistem 5G di masa mendatang, khususnya untuk ekspansi konektifitas 5G ke area yang tidak dapat terjangkau oleh pemancar 5G ataupun untuk aplikasi mobile dengan jangkauan yang luas, dukungan terhadap aplikasi machine-to-machine dan Internet of Things (IoT), serta aplikasi multicasting yang membutuhkan low latency dan high capacity.

Selanjutnya Dr. Siok Tan menambahkan bahwa akses internet berkecepatan tinggi akan sangat dimungkinkan dengan sistem konstelasi satelit NGSO pada orbit rendah. Untuk itu diperlukan optimalisasi regulasi untuk mendukung perkembangan teknologi tersebut.

“Inovasi teknologi satelit meliputi teknologi payload dan bus satelit, teknologi roket, antena maupun user terminal. Inovasi-inovasi tersebut berdampak pada semakin menurunnya harga manufaktur dan peluncuran satelit yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan dengan penurunan drastis harga layanan satelit per Mbps,” ujar Bashir Patel.

Salah satu topik yang juga dibahas dalam workshop adalah persiapan dalam menghadapi sidang WRC-19 mendatang, dimana isu sharing spectrum antara satelit dan IMT menjadi salah satu fokus utama, disamping trend aplikasi earth station in motion (ESIM), maupun isu regulasi untuk pendaftaran filing satelit NGSO dalam rangka efisiensi penggunaan spektrum frekuensi dan orbit satelit.

Sumber/Foto : Surya Wahyuni (Direktorat Penataan) / Iwan (Setditjen)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`