12 Manfaat dari Pembangunan Infrastruktur Digital

Dirjen SDPPI Ismail saat menjadi pembicara di Indonesianisme Summit 2019

Jakarta (SDPPI) – Pembangunan infrastruktur digital memberikan multiplier efect pada sektor infrastruktur lain. Sedkitnya ada 12 manfaat, yaitu pendorong ekonomi digital, kunci menuju industri 4.0, mendorong investasi baru, ekonomi tumbuh, memeratakan pendidikan, mendorong daya saing, mendukung lingkungan hidup, implementasi teknologi baru, lapangan kerja baru, industri startup, pemersatu bangsa, dan menaikkan kualitas hidup.

“Secara makro akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, mendorong daya saing bangsa, akan mendorong investasi baru,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Ismail saat menjadi pembicara di Indonesianisme Summit 2019, Selasa (13/8/2019).

Pada kegiatan yang diselenggarakan Ikatan Alumni ITB, dengan tema Komersialisasi Teknologi akan jadi Kebutuhan, Dirjen SDPPI berpandangan Indonesia sebagai negara besar dengan potensi besar pula, masih terjadi anomali. “Kalau kita bicara agregat dan rata-rata, kecepatan internet rata-rata masih tergolong rendah. Ini faktual hasil riset,” ungkapnya.

Padahal, penetrasi seluler sudah lebih 80% populasi. Dari 265,4 juta penduduk, pengguna medsos aktif mencapai 130 juta atau di atas 59%. Pengguna internet juga sudah 50% lebih. Begitu juga dengan ICT index tahun 2016 ada di peringkat ke-114, naik di 2017 menjadi 111.

“Bicara potensi digital ekonomi, semua dunia mengakui Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Ada begitu besar bisnis digital yang menjanjikan, karena keuntungan keunggulan demografi Indonesia. Kita harus melakukan sesuatu yang spesial dan betul-betul memang diperlukan masyarakat sekarang,” tegas Ismail.

Ia kemudian menjelaskan sesuatu yang spesial itu adalah fokus pada program yang berdampak. Antara lain, TIK untuk seluruh UKM, digitalisasi seluruh sektot strategis, membangun ekosistem dan konten digital, layanan pendidikan dan kesehatan pra kerja secara digital, mendorong fintech dan e-commerce.

Tak kalah pentingnya, penguatan SDM, regulasi dan Inovasi. Hal ini dilakukan dengan memperbanyak potensi talent, edukasi kepada konsumen, peningkatan investasi di RnD, mendekatkan RnD dengan pasar dan industri, dan suprastruktur regulasi digital lintas sektor.

Tidak ketinggalan menyelesaikan masalah terdahulu. Seperti pemerataan dan peningkatan lapangan infra broadband, percepatan analog switched off, penyehatan dan insentif industri telco dan digital, kemudahan berusaha, dan transformasi digital menuju smart goverment.

Tapi, lanjut Ismail, ternyata tidak cukup itu saja, karena seluruh sektor memiliki peran masing-masing menyelesaikan digital ekonomi ini. Pertama, pemerintah daerah (pemda) harus satu bahasa, jangan sampai kebijakan pusat tidak digunakan oleh pemda dengan kebijakan yang senada. Infrastuktur adanya di pemda, maka sektor lain turut berperan, perbankan dan keuangan, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, UMKM, transportasi, logistik, serta pariwisata.

Kalangan teknokrat, cendekia, serta pemerhati teknologi dan industri, harus mengingatkan para pengambil keputusan agar memberikan dukungan optimal untuk pemberdayaan teknologi untuk maksud dan tujuan yang aplikatif secara bisnis. “Technopreneurship harus digalakkan di perguruan tinggi berbasis teknologi. Kalangan teknokrat dan praktisi sudah saatnya berpikir agresif tentang bagaimana menjadikan pengusaha mampu memanfaatkan teknologi baru atau menemukan teknologi tepat guna dalam mengembangkan usahanya,” urai Ismail.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Ridwan Djamaluddin mengajak semua kalangan berpikir serius tentang potensi bangsa ini. “Saatnya kita melangkah memanfaatkan teknologi untuk kepentingan bisnis dan komersial. Tidak lagi malu-malu untuk mengomersialkanteknologi,” katanya kepada wartawan, usai membuka Indonesianisme Summit 2019.

Menurut Ridwan, sekaranglah saatnya Indonesia memberdayakan teknologi untuk menjadikan semua aset berdaya secara masif. Semua kalangan bisa dan harus memanfaatkan teknologi. Jika tidak, ratusan juta jiwa penduduk Indonesia akan terus jadi penonton menyaksikan semua potensi dan kekayaan ini dimanfaatkan dan dipanen oleh asing.

“Ini tidak main-main. Sekarang saatnya untuk mulai dan bangkit secara lebih serius. Ini bukan jargon-jargon kosong yang hanya pantas untuk diteriakkan. Kita harus berbuat. Karya di atas kata-kata,” tegas Ridwan.

Pada forum diskusi ini, selain Dirjen SDPPI, turut menjadi pembicara Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah, Rika (perwakilan LAPAN), Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso, dan Direktur Utama BAKTI Anang Latif. Sedangkan Direktur Penataan Sumber Daya Denny Setiawan hadir mendampingi Dirjen SDPPI Ismail.

(Sumber/foto : Iwan, Setditjen)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`