Pandemi Bentuk Perilaku Baru Masyarakat Memanfaatkan TIK

Pandemi Bentuk Perilaku Baru Masyarakat Memanfaatkan TIK

Jakarta (SDPPI) – Ada lima kebiasaan baru masyarakat dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), setelah kurang lebih lima bulan menghadapi Pandemi Covid-19. Pemanfaatan jaringan untuk bekerja dari rumah, meningkatnya digital payment, akses digital untuk kesehatan dan belajar jarak jauh, serta akselerasi transformasi digital dunia industri.

“Covid-19 telah membentuk perilaku masyarakat kita memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan lebih baik,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen SDPPI Kemkominfo) Ismail, Senin (3/8/2020), saat memberikan sambutan di The 6th Asia Pacific Spectrum Management Conference. Dalam acara yang berlangsung secara virtual itu, turut memberikan sambutan Director of Radiocommunication Bureau ITU Mario Maniewicz dan Secretary General of APT Areewan Haorangsi.

The Asia Pacific Spectrum Management Conference berlangsung selama tiga hari hingga 6 agustus 2020. Kegiatan virtual ini merupakjan tempat berkumpulnya pemangku kepentingan untuk membahas isu-isu yang berkaitan dengan pengelolaan dan koordinasi kebijakan spektrum global, khususnya negara-negara di Asia Pasifik.

“Saya sangat senang berada di sini. Selamat kepada forum global penyelenggara konferensi luar biasa ini yang memberikan kesempatan bagi para peserta berkumpul dan berdiskusi tentang manajemen dan koordinasi kebijakan spektrum, khususnya selama masa pandemi dan setelahnya,” kata Dirjen SDPPI.

Dalam laporan ITU, sebut Ismail, layanan telekomunikasi meningkat secara signifikan selama pandemi. Masyarakat merasakan lebih banyak manfaat TIK. Di Indonesia, langkah digitasi telah menghasilkan banyak data dikonversi ke format digital. “Kami sekarang dalam proses digitalisasi, dimana kami menggunakan TIK dalam proses bisnis untuk mendapat manfaat dari konten digital. Implementasinya bisa di semua sektor, termasuk pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh dan sistem manajemen pembelajaran,” urainya.

Sebelum pandemi, Indonesia diperkirakan baru akan mengalami kemajuan beberapa tahun ke depan. Namun Covid-19, menjadikan transformasi digital berlangsung lebih cepat. Contohnya, pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence-AI) telah mampu mempercepat proses perizinan pemerintah.

Menurut Dirjen SDPPI, untuk menangkap momentum transformasi digital selama pandemi, beberapa masalah juga perlu diselesaikan. Di antaranya, infrastruktur yang menjadi fokus utama dalam meningkatnya kebutuhan broadband. “Ketersediaan infrastruktur yang dapat diandalkan adalah suatu keharusan,” tegas dia.

Diungkapkan, Indonesia memiliki geografis kepulauan yang menjadi tantangan besar bagi pemangku kepentingan untuk mencakup 100 persen populasi. Untuk menjawab masalah ini, investasi diperlukan tidak hanya dalam serat optik terestrial atau bawah laut, tetapi juga satelit. Investasi ini membutuhkan dana yang besar.

Selain itu, manajemen frekuensi merupakan masalah mendasar yang tidak kalah penting. Frekuensi harus dialokasikan sebaik-baiknya untuk sosial dan ekonomi masyarakat. “Saya berharap konferensi ini memberikan hasil yang bermanfaat, dan menghasilkan solusi layanan TIK yang lebih baik kepada masyarakat dalam masa dan setelah pandemi,” kata Ismail.

(Sumber/foto : Iwan, Setditjen)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`