Dirjen Ismail Minta Ericsson Libatkan Pengembang Aplikasi Lokal

Dirjen Ismail Minta Ericsson Libatkan Pengembang Aplikasi Lokal

Jakarta (SDPPI) - Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemkominfo Ismail meminta perusahaan telekomunikasi dan jaringan multinasional, Ericsson, untuk melibatkan pengembang aplikasi lokal ketika teknologi 5G diimplementasikan di Indonesia nanti.

“Indonesia harus memiliki porsi dalam hal aplikasi. Jangan sampai aplikasi dipegang seluruhnya oleh pemain global. Perlu adanya aplikasi nasional,” seru Ismail ketika membuka acara “Welcome to the Do Zone Live @Indonesia - Highlights of Mobile World Congress 2018 yang diselenggarakan Ericsson di Jakarta, Selasa (17/4).

Dirjen SDPPI akan sangat senang jika Ericsson melibatkan pelaku lokal dalam bidang aplikasi. Pelaku lokal ini, kata Ismail, yang tentunya bisa membuat aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Ismail menyampaikan tiga poin yang menjadi perhatian dan arah kebijakan Kementerian Kominfo Indonesia, yakni terkait aplikasi, perangkat, dan sumber daya manusia (SDM).

Terkait perangkat, Ismail mempersilakan Ericsson untuk mendiskusikan segera mengenai apa yang bisa didukung oleh industri Indonesia dalam menyambut teknologi 5G.

Ismail mencontohkan, misal terkait Internet of Things (IoT), barangkali perangkat sensor yang bisa digali tingkat komponen dalam negerinya. Dan, Ismail menyarankan agar hal ini didiskusikan secepatnya.

Perlu juga ditemukenali produk apa yang sekiranya dapat diproduksi di Indonesia, yang selanjutnya perlu didukung dengan regulasi yang tentunya tidak bertentangan dengan World Trade Organization.

Mengenai Tingkat Kandungan Dalam Negeri perangkat 5G, kata Ismail, mungkin akan berbeda dengan TKDN 4G yang mengandung tiga skema, yaitu perangkat keras, perangkat lunak, dan investasi.

Menggarisbawahi tujuan ketentuan TKDN sebagai pendorong pertumbuhan industri dalam negeri, Ismail menegaskan kembali bahwa ketahanan industri nasional merupakan bagian dari kedaulatan suatu negara.

Berkaitan dengan poin ketiga, Ismail mengharapkan SDM Indonesia tidak hanya sebagai pemain pinggiran, namun bisa menghasilkan sesuatu, contohnya dalam bentuk paten.

Tidak hanya itu, SDM Indonesia juga diharapkan bisa menangani maintenance perangkat telekomunikasi sehingga tidak perlu mendatangkan tenaga dari luar negeri.

Persiapan 5G

Dalam forum Ericsson ini, Ismail juga memberikan informasi mengenai persiapan pemerintah Indonesia dalam menghadapi 5G, dimana teknologi ini menggunakan tiga kelompok pita frekuensi radio.

Tiga kelompok itu, disebutkan ada pita sub-GHz (pita dengan frekuensi < 1 GHz), pita sub-6GHz (< 6 GHz), dan pita mm-wave atau frekuensi di atas 24 GHz.

Untuk kelompok pita sub-GHz, jelas Ismail, frekuensi 700 MHz merupakan kandidat yang utama. Untuk kelompok pita sub-6GHz, Indonesia akan memperjuangkan kandidat pita yang bisa berdampingan dengan frekuensi satelit.

Alasannya, karena karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas maka mengharuskan ada dukungan satelit. Jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia tidak akan bisa mencakup semua wilayah tanpa menggunakan satelit.

Kondisi saat ini, pada pita frekuensi 3,5 GHz terdapat pita extended C yang dialokasikan untuk satelit. Di negara lain, pita ini menjadi kandidat pita untuk 5G.

Ismail menambahkan bahwa pemerintah Indonesia tidak mau menerapkan 5G saat semua masih berada pada learning process. Indonesia akan menerapkan 5G pada saat yang tepat (tepat secara waktu, sasaran, dan sesuai dengan visi). Hal ini berlaku khususnya untuk perangkat telekomunikasi yang menguras devisa.

Menutup sambutannya, Ismail mengucapkan terima kasih kepada Ericsson atas acara yang diselenggarakan pada kesempatan kali ini.


Sumber/Foto : hadiyana/Dit. Standardisasi

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`