GSO dan NGSO Solusi Konektivitas Digital

Dirjen SDPPI Ismail menyampaikan paparan dalam kegiatan Seminar HAPS International, Rabu (26/10/2022).

Jakarta (SDPPI) - Satelit GSO dan NGSO diharap bisa menjadi solusi dari permasalahan konektivitas digital yang selama ini masih merupakan sorotan utama pemerintah.

“Inilah mengapa pemerintah harus menyiapkan dan memulai meluncurkan Satelit Satria I. Kami berharap akan meluncurkannya pada 2023,” ucap Direktur Jenderal Sumber Daya Pos dan Perangkat dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Ismail, Rabu (26/10/2022).

GSO merupakan singkatan dari Satelit Geostationer atau disebut juga Geosinkron, yang mengorbit pada ketinggian 35.900 km di atas permukaan bumi. Sedangkan NGSO singkatan dari Satelit Nongeostasioner.

Masalah konektivitas digital menjadi sorotan utama, mengingat kondisi geografis kepulauan Indonesia yang merupakan kendala dalam mempercepat pemerataan konektivitas digital, terutama pada daerah dengan populasi penduduk padat. Akibatnya, pemerataan kabel optik kurang maksimal di sejumlah daerah.

Ketidakmerataan konektivitas digital itu dibuktikan dengan masih adanya sekitar 12 ribu dari 83 ribu desa belum terhubung internet. Percepatan konektivitas terus dilakukan dengan sisi terestial kabel dan nirkabel berbasis solusi. Pemerintah telah mempercepat semua konektivitas kabel optik. “Sepanjang 2.000 km sudah terpasang, ini baru permulaan dari kami, karena ada banyak pulau dan daerah yang perlu dicukupi broadband,” jelas Dirjen SDPPI.

Menurutnya, peluncuran satelit hanya langkah awal untuk membenahi permasalahan konektivitas terkait kondisi geografis Indonesia. Permasalahan lainnya, negara ini dalam jalur ring of fire Circum-Pasific Belt (rangkaian gunung berapi sepanjang 40.000 km membentang di Samudera Pasifik), yang menyebabkan Indonesia sering mengalami gempa bumi dan tsunami. Bencana alam cukup fatal bisa merusak infrastruktur listrik dan base transceiver station (BTS). Oleh karena itu, pemerintah membutuhkan dukungan alternatif konektivitas.

Ismail menyebut beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan program pemerataan konektivitas. Total Cost of Ownership (TCO) adalah isu penting untuk dibahas, karena membangun suatu infrastruktur butuh biaya besar dan memanfaatkan banyak pita lebar (bandwitch). TCO sangat dibutuhkan untuk memperkirakan seberapa banyak cakupan yang bisa diluncurkan.

Kolaborasi dan koordinasi antar frekuensi, juga menjadi isu penting. “Dengan adanya upaya-upaya percepatan konektivitas digital, dapat membuat kemajuan pada berbagai bidang, terutama teknologi yang membantu segala aktivitas manusia di kehidupan sehari-hari,” harap Ismail.

Sumber/ Foto : Karin/ Dinda/ Lia (Setditjen)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`