Pengguna Band HF Harus Paham Karakteristik Propagasinya

Direktorat Penataan Sumber Daya menggelar virtual workshop bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan tentang lapisan ionosfer dan pemanfaatannya untuk komunikasi jarak jauh menggunakan HF.

Bandung (SDPPI) – Para pengguna perangkat komunikasi jarak jauh di band high frequency (HF) harus memahami karakteristik frekuensi ini yang propagasinya dipengaruhi oleh lapisan Ionosfer sebagai media pemantul.

Demikian kesimpulan virtual workshop, yang diselenggarakan Direktorat Penataan Sumber Daya Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, di Hotel Padma Bandung, Kamis (1/4/2021).

Para pengguna band HF dimaksud antara lain anggota Amatir Radio, KRAP, Maritim, Penerbangan, Hankam, instansi pemerintah dan pemegang Izin Stasiun Radio (ISR) lainnya. Termasuk pula pihak regulator, baik yang merencanakan, menetapkan izin, maupun monitoring, harus memiliki sertifikasi kemampuan analisis propagasi HF sebagai salah satu kompetensi operator radio di band HF.

Melalui siaran pers, Kamis (8/4/2021), Direktorat Penataan Sumber Daya menggelar virtual workshop bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan tentang lapisan ionosfer dan pemanfaatannya untuk komunikasi jarak jauh menggunakan HF.

Acara dibuka oleh Direktur Penataan Sumber Daya Denny Setiawan. Hadir sebagai peserta perwakilan satuan kerja di Ditjen SDPPI, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen SDPPI, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sedangkan narasumber didatangkan dari LAPAN.

Pemahaman propagasi arah komunikasi HF akan memberikan gambaran bahwa tidak cukup satu frekuensi untuk jarak tertentu. Di waktu-waktu berbeda juga akan berubah, mengingat karakteristik HF propagasinya dipengaruhi oleh lapisan Ionosphere sebagai media pemantul frekuensi.

Selain mendapat pemahaman pemanfaatan lapisan ionosfer untuk komunikasi HF, peserta juga dapat mengaplikasikan pemanfaatannya untuk komunikasi sesuai aturan yang berlaku. Diharapkan, agar lebih tertib, ada perubahan kebijakan perizinan HF. Misalnya, frekuensi ini diprioritaskan untuk pemerintah atau kepentingan tertentu yang berdampak luas, seperti penanganan bencana, transportasi, pertahanan dan keamanan, termasuk komunikasi nelayan.

Peserta workshop disajikan simulasi program pemanfaatan Ionosfer untuk komunikasi HF. Simulasi dilakukan dengan memperhatikan tingkat aktivitas matahari berdasarkan nilai indeks T referensi dari https://www.sws.bom.gov.au/.

Terdapat dua tipe komunikasi menggunakan frekuensi HF, yakni tipe skywave (sinyal radio dipantulkan oleh ionosfer) dan ground wave (sinyal radio yang merambat di dataran). Simulasi hanya difokuskan pada tipe skywave.

Dari hasil simulasi, frekuensi yang lebih optimal digunakan untuk komunikasi HF adalah frekuensi di bawah 10 MHz atau tepatnya pada 6 MHz - 8 MHz. Hal ini dikarenakan frekuensi HF sangat unik, sehingga waktu-waktu penggunaan komunikasi HF hanya dapat digunakan pada jam-jam tertentu, seperti pada data spreadsheet, baik siang maupun malam. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivitas matahari. Simulasi lainnya dapat dilakukan sesuai dengan kondisi dan jarak pemancar.

(Sumber/foto : Ika Dyah, Dit. Penataan Sumber Daya)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`