Dirjen SDPPI: Internet of Things Masa Depan Kita

Dirjen SDPPI Ismail berbincang dengan salah seorang mahasiswa peserta pameran IoT

Bandung (SDPPI) - ''Internet of Things is our future,'' seru Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) di depan mahasiswa dalam Seminar Nasional dan Pameran Riset Laboratorium bertema "'Integration of 5G and IoT for Advancing Technology" di Telkom University, Bandung, Jawa Barat, Kamis siang (16/11/2017).

Ismail mengharapkan para mahasiswa, khususnya yang belajar di Telkom University, setelah lulus nanti mampu menjadi sumber solusi bagi masyarakat, misal dalam penerapan IoT dibidang pertanian. “Setelah lulus dari kampus dalam waktu dekat, maka IoT akan menjadi era kalian.”

Menurut Ismail, dengan IoT bisa dibuat aplikasi yang sederhana, aplikasi khas yang bisa digunakan petani, seperti sensor cuaca, keadaan tanah, dan lain-lain. “Saat ini petani di Indonesia masih belum efektif. Masih banyak terjadi kegagalan panen, hasil panen yang sedikit.”

“IoT bisa menjadi solusi atas masalah-masalah tersebut. IoT akan menjadi gelombang baru yang masuk ke Indonesia dan diharapkan partisipasi yang besar dari adik-adik dalam hal ini agar partisipasi Indonesia bisa meningkat terkait dengan IoT,” kata Ismail kepada para mahasiswa peserta seminar.

Ditjen SDPPI mengingatkan bahwa terkait teknologi IoT ini mahasiswa sebaiknya tidak hanya membahas mengenai hal teknis, namun juga mengerti mengenai monetisasinya. Diperlukan entrepreneurship (kewirausahaan) sehingga nantinya IoT bisa menghasilkan rupiah yang besar.

Sementara terkait dengan teknologi 5G, Dirjen menjelaskan bahwa 5G mempunyai hubungan yang sangar erat dengan IoT. IoT saat ini menggunakan teknologi narrowband (NB)-IoT. Teknologi IoT akan mencapai puncaknya saat 5G sudah diluncurkan yaitu dengan adanya broadband 5G, yang kemungkinan akan menggunakan frekuensi di atas 20 GHz. Penetapan frekuensi tersebut akan diputuskan pada WRC (World Radio Conference) 2019.

Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat tiga hal yang menjadi perhatian pemerintah, yakni frekuensi, standardisasi, dan partisipasi. Dalam hal frekuensi, pemerintah berencana untuk membuka frekuensi yang bisa dilakukan eksplorasi atau trial.

Dengan penerapan broadband dan IoT tersebut diharapkan mahasiswa atau startup bisa berkreasi untuk membuat solusi bagi masyarakat Indonesia.

Dalam hal standardisasi, menurut Dirjen, diperlukan pemilihan teknologi yang tepat dari banyak teknologi yang ada, baik itu NB-IoT, LPWA (Low Power Wide Area) unlicensed, dan lain-lain. Pemerintah mengambil sikap yang hati-hati dalam pemilihan teknologi agar didapatkan teknologi yang terbaik.

Yang terakhir, mengenai partisipasi, pemerintah terus mendorong peningkatan partisipasi Indonesia dalam teknologi IoT, karena dalam era teknologi sebelumnya, misalkan 2G, 3G, 4G, Indonesia hanya menjadi penonton dan infrastrukturnya sekitar 95 persen adalah produk asing. Perangkat-perangkat teknologi 4G buatan Indonesia baru muncul bekalangan ini.

Dalam tataran aplikasi pun, Indonesia juga belum bisa berbuat banyak. Untuk chatting misalnya, masyarakat banyak menggunakan WhatsApp, juga Line yang banyak digunakan anak-anak muda, semua buatan luar negeri.

Oleh karena itu, kedepan Ismail mengharapkan generasi muda Indonesia melalui startup bisa membuat perangkat-perangkat yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selain menjadi pembicara, Ismail juga sempat mengunjungi pameran karya-karya mahasiswa terkait dengan teknologi IoT.

(Sumber/foto: Kamal, Dit. Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`