Sekjen Kemkominfo Buka Simposium Satelit Internasional 2016

Sekjen Kominfo, Farida Dwi Cahyarini membuka secara resmi International Satelite Syposium 2016 yang diselenggarakan di Bali Rabu (6/9). Kegiatan tersebut  membahas tantangan dan peluang industri telekomunikasi kedepan baik dari sisi regulasi, peluang bisnis dan inovasi, hingga pelaku usahanya.

Bali (SDPPI) - Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Farida Dwi Cahyarini membuka secara resmi International Satelite Syposium 2016 yang diselenggarakan di Bali Rabu (7/9).

Kegiatan tersebut dilaksanakaan sehari setelah penyelenggaraan Workshop On The Effecient Use Of The Orbit/Spectrum Resources di tempat yang sama, yang membahas tantangan dan peluang industri telekomunikasi kedepan baik dari sisi regulasi, peluang bisnis dan inovasi, hingga pelaku usahanya.

Dalam sambutannya, Farida mengatakan bahwa komunikasi satelit sangat diperlukan bagi Indonesia mengingat kondisi geografis negara ini yang terdiri dari kepulauan dan secara topografi memiliki banyak gunung berapi yang dikenal sebagai Ring of Fire serta dikelilingi laut dengan potensi tsunami saat terjadi gempa.

Farida mencontohkan, saat terjadi tsunami di Aceh dan gempa Nias pada waktu itu, sebagian besar jaringan tetap dan seluler mengalami kerusakan dan hanya komunikasi satelit berfungsi.

Menyadari akan hal tersebut maka keberadaan komunikasi satelit sangat penting bagi Indonesia saat terjadi bencana, terutama untuk membangun infrastruktur broadband di daerah terlayani dan belum terlayani.

Sementara itu, Chief Of Space Service Departement (SSD), Radiocommunication Bureau, ITU, Yvone Henri, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia selaku tuan rumah dan juga Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) atas terselenggaranya kegiatan ini selama 2 (dua) hari kedepan.

Menurut Yvone Henri, kegiatan ini penting mengingat teknologi satelit merupakan bagian krusial berbagai kehidupan baik secara umum maupun pribadi. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya spektrum frekuensi radio dan orbit satelit perlu pengaturan yang baik.

Dalam skala internasional pemanfaatan sumber daya itu diatur oleh International Telecommunication Union (ITU) dan hal inilah yang membedakan ITU dengan badan-badan PBB lainnya.

Anggota ITU sendiri merupakan gabungan dari sektor publik dan swasta. Setidaknya terdapat 193 negara masuk dalam keanggotaan ITU, ditambah sekitar 700 anggota dari produsen dan operator satelit, pengembang perangkat lunak, penyedia layanan, organisasi R&D (Research and Development), badan ICT lokal, regional, dan internasional.

“Hal iniah yang menjadi ITU menjadi organisasi yang besar dan kuat,” ujar Yvon Henri.

Penyelenggaran Simposium Satelit Internasional tahun ini berpijak pada hasil-hasil dari tahun sebelumnya terutama dalam hal memperkuat kemitraan dan kerja sama antara pembuat kebijakan, regulator, sektor swasta dan industri yang bersinggungan dengan layanan satelit, manufaktur, dan juga kebijakan.

Kegiatan yang dijadwalkan ditutup pada Kamis (8/9) ini mengagendakan pembahasan peraturan internasional satelit hasil WRC-15, tantangan dan peluang industri luar angkasa untuk agenda pembahasan WRC-19 mendatang, kebijakan satelit serta kerangka peraturan termasuk implementasinya.

(Sumber/foto : Setditjen SDPPI/gat/bbg/mks)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2024`