5G Menu Utama Pertemuan Indonesia Malaysia Singapura

Trilateral Meeting harmonisasi penggunaan spektrum frekuensi radio diselenggarakan secara hybrid dimana Singapura menjadi host pada pertemuan ini. Sedangkan kegiatan secara offline bertempat di Hotel Tentrem Yogyakarta, 23-24 November 2021.

Yogyakarta (SDPPI) – Progres implementasi teknologi 5G menjadi menu utama dalam pertemuan Trilateral Meeting ke-19 antara Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Trilateral Meeting harmonisasi penggunaan spektrum frekuensi radio diselenggarakan secara hybrid dimana Singapura menjadi host pada pertemuan ini. Sedangkan kegiatan secara offline bertempat di Hotel Tentrem Yogyakarta, 23-24 November 2021.

Direktur Penataan Sumber Daya, Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Denny Setiawan, dalam sambutannya, menjelaskan tentang seberapa jauh penerapan 5G di Indonesia. “Indonesia telah memiliki layanan 5G komersial sejak Mei 2021, di 11 kota oleh 3 operator seluler termasuk di kota Batam yang merupakan wilayah perbatasan dengan Singapura dan Malaysia,” katanya.

Direktur Penataan Sumber Daya juga menjelaskan beberapa target Kemkominfo, mulai dari konektivitas 4G diseluruh desa di tahun 2022, penyediaan HTS (High Througput Satelite) SATRIA, Integrasi Palapa Ring, Analog Switch-Off (ASO), paling lambat November 2022, seleksi pita frekuensi radio 700 MHz untuk IMT di tahun 2022 yang bergantung pada proses ASO, dan Persiapan migrasi 3,5 MHz untuk operator satelit.

“Semua sedang kami persiapkan agar akhir tahun 2022 dapat menambah akses 4G pada 12.548 desa, lalu satelit SATRIA yang dapat mencakup 150.000 akses publik, sekolah, kantor pemerintahan, dan Palapa Ring sebagai backbone telekomunikasi nasional yang menghubungkan wilayah Indonesia dengan total panjang 12.083 Km,” urai Denny Setiawan.

Pada kesempatan yang sama Subkoordinator Penataan Alokasi Dinas Bergerak Darat Wijanarko Joko Hastyo menjelaskan beberapa hal yang jadi poin utama pertemuan, seperti membahas harmonisasi pita frekuensi 800-900 MHz untuk untuk teknologi IMT (International Mobile Telecommunications) atau yang umumnya dikenal teknologi seluler, dan renacana penggunaan pita 3,5 GHz (Extended C-Band) untuk IMT. Kemudian untuk topik 3,5 GHz kita share pengalaman kita yaitu koeksistensi antara 5G dan satelit yang dilakukan di akhir tahun 2020 di Bandung. Saat ini di Indonesia pita frekuensi tersebut masih digunakan untuk layanan satelit,” katanya.

Mengenai, pemanfaatan pita frekuensi 6 GHz, pihak Singapura mengusulkan agenda baru. Mereka menyampaikan kajian- kajiannya, antara lain ada kemungkinan penggunaan pita frekuensi 6 GHz untuk unlicensed (Wi-Fi), IMT, atau kombinasi kedua teknologi tersebut. Singapura dan Malaysia juga menyampaikan saat ini masih mengkaji pemanfaatan pita frekuensi 6 GHz dan menunggu hasil World Radio Communication (WRC) 2023.

(Sumber/ Foto : Fandi R/ Alifah, Setditjen SDPPI)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`